Your browser does not support JavaScript!

Asia Tenggara Siap Menghadapi “Ledakan Logistik”

By - 15 Apr, 2024

Potensi pasar dan konsumsi di wilayah Asia Tenggara kini tidak bisa diabaikan begitu saja. Pada 2050, luas zona ekonomi di ASEAN akan memiliki ukuran yang serupa dengan benua Eropa dan menjadikan ASEAN sebagai zona ekonomi terbesar keempat di dunia setelah Tiongkok, India, dan Amerika Serikat. Negara-negara di kawasan tersebut juga akan menjadi pusat kekuatan baru dalam perekonomian dunia. Indonesia diproyeksikan akan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar ke-empat di dunia, sedangkan Filipina dan Vietnam diprediksi berada di peringkat ke-19 dan 20.

Menurut studi yang dikeluarkan oleh Google and Temasek Holdings, pasar e-commerce di ASEAN akan meningkat drastis dari 5 juta US$ di 2015 menjadi 88 juta US$ di 2025, dimana 52% dari angka tersebut berasal dari Indonesia.

Demografi di ASEAN yang notabene mayoritas dihuni oleh para generasi millennial, berkontribusi besar dalam melonjaknya minat di sektor e-commerce. “Para anak muda di ASEAN sangat canggih. Mereka memanfaatkan sosial media untuk menjawab berbagai tantangan,” ujar Regina Lim, Heads of Capital Market Research for Southeast Asian, Jones Lang LaSalle (JLL).

“Konsumen kini menggunakan gadget untuk berbelanja. Sekitar 20% – 30% orang yang terkoneksi dengan jaringan internet di ASEAN setidaknya pernah berbelanja secara online dalam kurun 30 hari terakhir. Angka ini serupa dengan jumlah yang ada di Amerika Serikat ataupun Inggris.”

Fakta ini tentu saja tidak luput dari perhatian para pelaku e-commerce. Alibaba misalnya, mereka baru saja meningkatkan jumlah saham kepemilikannya menjadi 95% di platform e-commerce terbesar di Asia Tenggara, yakni Lazada Group. Selain itu mereka juga meluncurkan platform Tmall di Malaysia dan Singapura serta berencana untuk mendirikan pusat logistik baru di Malaysia dan Thailand.

Platform online penjual produk-produk mewah, Reebonz, pada bulan lalu meresmikan Hub e-commerce seluas 1,85 hektar di Singapura. Di bulan yang sama, layanan pos asal negeri Singa, Singpost, juga meresmikan Pusat Logistik e-commerce senilai 131 juta US$ di kawasan Tampines Logistics Park.

Lim yakin apabila industri e-commerce ini didukung dengan biaya produksi yang rendah, maka akan banyak produsen barang dari Tiongkok yang memindahkan lokasi produksi mereka ke wilayah Asia Tenggara. “Upah tenaga kerja di Tiongkok saat ini 3-4 kali lipat lebih besar daripada sebelumnya. Sedangkan undang-undang di beberapa negara di ASEAN mendorong para produsen untuk memindahkan lokasi pabrik mereka ke negara-negara di ASEAN guna melayani jumlah konsumen yang terus meningkat.” tambah Lim.

“Target pasar kami untuk saat ini adalah Indonesia dan Vietnam. Output manufaktur di Indonesia diprediksi meningkat dari 5% ke angka 6,5% dalam lima tahun mendatang. Sedangkan Vietnam memiliki banyak tenaga kerja yang terampil dengan upah yang relatif rendah,” pungkasnya.