Your browser does not support JavaScript!

Thailand Percepat Pembangunan Infrastruktur

By - June 04, 2018


Thailand bergerak cepat untuk mewujudkan proyek ambisius mereka dalam membangun infrastruktur pendukung Eastern Economic Corridor (EEC).

“Akan ada investasi untuk proyek infrastruktur, khususnya di sektor transportasi dan logistik,” ujar Perdana Menteri Thailand, Prayut Chan-o-cha baru baru ini.

Untuk sektor pelabuhan, investasi nantinya akan digunakan untuk mempercepat proyek pembangunan pelabuhan Map Ta Phut & Laem Chabang serta meningkatkan konektivitas pelabuhan dengan jalur darat.

Untuk sektor jalan raya, Prayut memprioritaskan pembangunan jalan raya antara Pattaya – Map Ta Phut, Laem Chabang – Prachinburi, Chonburi serta distrik Klaeng di Rayong. Selain itu, perbaikan jalan utama serta jalan penghubung turut menjadi prioritas Pemerintah Thailand.

Sedangkan untuk proyek jalur kereta api, ada banyak proyek yang akan segera direalisasikan. Seperti proyek kereta cepat yang menghubungkan sejumlah bandara di Kota Bangkok (Don Muang, Suvarnabhumi, dan U-Tapao), pembangunan rel ganda dari Laem Chabang ke Map Ta Phut, pembangunan rel baru yang menghubungkan Rayong – Chanthaburi – Trat dan Eastern Economic Corridor – Dawei – Kamboja, serta yang terakhir pendirian stasiun kereta api barang di Chachoengsao.

Sektor transportasi udara tak luput dari perhatian Pemerintah Thailand. Pemerintah berencana untuk merevitalisasi Bandara Internasional U-Tapao dengan membangun landasan pacu baru serta membangun area kargo baru di bandara tersebut.

Meskipun demikian, ada beberapa proyek yang tidak berjalan sesuai rencana. Seperti pembangunan jalur kereta cepat yang menghubungkan bandara U-Tapao dengan Rayong. Proyek tersebut dibatalkan dikarenakan faktor keamanan serta keinginan Pemerintah Thailand yang ingin menyelesaikan proyek lain terlebih dahulu. Selain itu, pembangunan kanal Thailand atau yang lebih dikenal dengan kanal Kra Isthmus juga akhirnya ditunda.

Secara garis besar, Pemerintah Thailand tampaknya ingin fokus pada proyek penunjang Eastern Economic Corridor (EEC), yang terdapat di bagian timur Bangkok.

Menurut juru bicara Pemerintah Thailand, Letnan Jenderal Sansern Kaewkamnerd, “masalah-masalah tersebut belum dimasukkan dalam kebijakan pemerintah saat ini. Untuk proyek penggalian kanal Thailand, saat ini sedang dilakukan proses uji kelayakan, termasuk mengenai aspek keamanan dan anggarannya. Selain itu, pemerintah lebih fokus dalam menangani isu-isu yang lebih diprioritaskan di bagian Thailand selatan.”

Selain itu, Pemerintah sangat ingin menunjukkan kepada masyarakat bagaimana progres dari Eastern Economic Corridor (EEC).

“Rencana investasi dibagi menjadi tiga fase,” terang Prayut, yang mencatat bahwa fase tersebut disusun berdasarkan prioritas.

“Fase pertama, atau fase yang paling genting adalah dari tahun 2017 ke 2018. Hal ini tentunya akan mengundang para investor lokal maupun asing untuk berpartisipasi di proyek ini, sehingga meningkatkan aktivitas ekonomi di Zona EEC,” ujarnya.

Sedangkan fase kedua (2019-2021), ditujukan untuk kesinambungan dan dirancang agar dapat menciptakan konektivitas transportasi bagi seluruh kegiatan ekonomi, tambahnya. “Untuk fase terakhir, yang akan dimulai pada 2022, lebih diarahkan menuju pengembangan berkelanjutan dari EEC yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan negara,” ujar Prayut.

Untuk pendanaannya sendiri, Thailand akan mengacu pada Paritas Daya Beli (PPP) negara gajah putih tersebut. Dana yang diperlukan sekitar 1 Triliun Bhat ($ 31,9 miliar USD) dengan rincian 30% berasal dari anggaran negara, 10% berasal dari badan usaha milik pemerintah Thailand, 59% dari kerjasama antara pemerintah dengan swasta, dan 1% dari Angkatan Laut,” terang Prayut.

Industri dan bisnis makro akan merasakan manfaat dari pembangunan infrastruktur ini. Namun, adanya anggapan yang menyatakan bahwa proyek ini diharapkan mampu melahirkan teknologi baru, mengembangkan SDM yang ada, meningkatkan pendapatan tahunan negara sebesar 5%, dan meningkatkan investasi di sektor swasta sebesar 2,1 hingga 3 triliun Bhat, nampaknya perlu dikaji lagi dengan lebih teliti.

Apa yang disampaikan oleh Prayut soal manfaat di sektor transportasi tampaknya mungkin untuk direalisasikan asalkan proyek tersebut tidak molor dari target.

“Akan ada peningkatan kapasitas pengangkutan penumpang & barang di EEC, pengurangan ongkos truk sebesar 35,6 juta Bhat per hari, pengurangan biaya kereta api sebesar 230.000 Bhat per hari, serta pengurangan travel cost,” pungkasnya.