Pempek Snack Festival merupakan acara dua hari yang berlangsung pada tanggal 28 dan 29 Mei 2022 di Ubud Paradise, Living World, dan Alam Sutera di Tangerang Selatan. Acara ini sukses diselenggarakan oleh RPX Logistics bekerjasama dengan Asosiasi Pengusaha Pempek Palembang (Asppek), serta Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai RPX, kami telah menulis artikel menyeluruh tentang mereka di sini: RPX vs Deliveree: 2 Jasa Domestic Express Modern.
Salah satu dari sekian banyak aksi dan upaya yang dilakukan untuk memperkuat pengembangan UMKM adalah kegiatan ini. Selain itu, RPX berupaya untuk mengembangkan kembali entitas mereknya sebagai pelopor dalam pengiriman logistik terintegrasi (One Stop Logistics) dengan pengalaman lebih dari 37 tahun di Indonesia. Tujuan ini akan dicapai dengan berfokus pada layanan One Stop Logistics perusahaan.
Selama dua hari, ribuan orang yang antusias mengunjungi sekitar empat puluh stan Pempek yang didirikan oleh berbagai merek, beberapa di antaranya dikenal luas sementara yang lain lebih samar. Diperkirakan setidaknya 8 ton pempek dikonsumsi baik di tempat (dine in) atau dibawa pulang oleh pelanggan (take away).
Cek Dada, salah satu pelaku usaha yang ditemui Investor Daily, mengungkapkan bahwa pada hari pertama ia membuka booth pada pukul sebelas pagi, dan pada pukul tiga belas sore, semua barang sudah dibeli.
Wanita yang menamai merek pempeknya sendiri ini menambahkan, “Alhamdulillah tamunya banyak, barangnya cepat habis.” Dia tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengiklankan pempeknya kepada para peserta acara dan bahkan menawarkan layanan pesan antar.
CEO RPX Group Taufick D. Mochtar menyatakan merasa terpanggil untuk mengembangkan potensi UMKM di Indonesia yang begitu besar sehingga perusahaan yang awalnya lebih banyak bergerak di bidang corporate services (b2b) kini juga menggarap retail. Mochtar mengacu pada fakta bahwa perusahaan yang awalnya lebih banyak bermain di ritel kini juga menggarap layanan korporasi (b2b) (c2c).
“Sendan Express, sebuah program berbasis web yang akan membuat hidup lebih sederhana bagi usaha mikro, kecil, dan menengah lokal, baru-baru ini dirilis. Dengan bantuan layanan ini, pedagang dapat mengirimkan barang dagangan mereka ke pelanggan di seluruh dunia. dunia. Selain itu, mereka juga dapat memanfaatkan layanan penjemputan, yang memungkinkan mereka untuk mengirim paket tanpa harus datang ke gerai secara fisik” tambah Taufick.
Selain itu, Taufick mengungkapkan, saat ini RPX mengoperasikan sembilan unit bisnis terintegrasi lainnya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan di bidang logistik. Kesembilan unit bisnis tersebut adalah sebagai berikut: e-commerce, pergudangan logistik, pelayaran internasional, pelayaran domestik, distribusi, kargo internasional, layanan bea cukai (custom clearance), gudang transit, dan layanan digital. (enabler).
Taufick berharap dengan hadirnya RPX sebagai one stop logistics (OSL), para pelaku usaha khususnya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) tidak lagi kesulitan memenuhi kebutuhan logistiknya. Hal ini karena RPX menawarkan solusi dari hulu ke hilir (solusi ujung ke ujung) dalam satu perusahaan.
Menurut Taufick, “Pelaku UMKM lokal dapat memanfaatkan layanan logistik RPX untuk dapat mempromosikan sajian kuliner atau kerajinan Indonesia di kancah global.”
Melalui acara ini, ia berharap selain menghadirkan kelezatan gastronomi Indonesia yang melegenda, kami juga dapat membantu para penjaja kuliner untuk semakin dikenal luas, khususnya yang berkaitan dengan kuliner daerah Sumsel. Hal ini terjadi baik di tingkat domestik maupun internasional. Menurutnya, “Hasilnya, acara ini mampu membantu inisiatif mereka dalam mengembangkan ekonomi kreatif tanah air.”
Aufa Syahrizal, Penanggung Jawab Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kreatif Sumsel, mengatakan pihaknya sempat lengah dengan banyaknya wisatawan yang datang. “Ini menunjukkan bahwa kuliner pempek sudah dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia,” ujarnya. “Pempek adalah nama yang terkenal di Indonesia.”
Tidak hanya itu, pengrajin pempek juga perlu dididik tentang cara membuat produk yang higienis dan pengemasan yang baik agar barang dapat disimpan dalam suhu ruangan dalam waktu yang lama tanpa rusak.
Senada dengan Aufa, Sulaiman Amin, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Palembang, menyatakan ada puluhan ribu UKM pempek di Palembang. UKM pempek ini mulai dari yang memiliki lokasi penjualan hingga yang berkeliling dengan berbagai jenis barang dagangannya.
Baca juga: RPX Bangga Umumkan One-Stop Logistics Center Pertama Indonesia
Sulaiman menyatakan telah membuat program untuk mendorong gastronomi Pempek Palembang mendunia, terutama melalui acara-acara kolaboratif seperti yang diselenggarakan di Alam Sutera yang menampilkan Asppek. Hal itu terkait dengan fakta bahwa Sulaiman mengaku telah merencanakan program tersebut.
Meski tidak praktis, seluruh warisan kuliner tradisional Palembang akan ditampilkan dalam sebuah pameran. Ini akan dilakukan dalam bentuk kerupuk, aneka kue, dan pindang, yang semuanya sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia.
Selain itu, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Sumsel Amiruddin mengatakan, dalam rangka mengembangkan UKM Pempek, pemerintah daerah terus mengadakan program pembinaan mulai dari produksi hingga pemasaran, termasuk menyediakan forum melalui market place. Komentar Amiruddin dapat ditemukan pada paragraf di atas.
Menurut Amiruddin, “Kami memiliki layanan Startup Business Integration (IBS) dan Sumsel Mall yang dapat digunakan oleh para pelaku UMKM untuk menjual produknya.” [Rujukan?] “Kami memiliki layanan Startup Business Integration (IBS) dan Sumsel Mall.”
Selain itu, Pemprov Sumsel sering bekerjasama dengan instansi pemerintah pusat untuk mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), seperti Kementerian Keuangan untuk fasilitas penganggaran dan perpajakan serta badan usaha milik negara. (BUMN) bagi UMKM binaan, demikian dijelaskan Amiruddin.
Amiruddin sangat berharap melalui berbagai upaya koperasi, jumlah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Sumsel akan terus berkembang. Menurut data terakhir, jumlah UMKM mencapai 860.000, di mana 10% di antaranya bergerak di bidang kuliner, khususnya pempek.
Amiruddin juga menyatakan akan segera menerapkan teknologi pada pengemasan agar produksi UMKM di Sumsel mampu bertahan lebih lama di suhu ruangan. Hal ini memungkinkan perluasan pasar internasional yang sebelumnya hanya menjangkau negara-negara di Asia Tenggara dan Arab Saudi.
“Karena Pempek ini baru berumur dua sampai tiga hari, maka proses pengirimannya menjadi tantangan tersendiri. Diharapkan Pempek mampu menembus pasar internasional dengan penggunaan teknik pengemasan yang baru ini” harap Amiruddin .
Pada Festival Pempek tahun ini, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Vinsensius Jemadu mengaku terkejut dengan tingkat animo yang ditunjukkan masyarakat. Pasalnya, masyarakat membeli empat ton pempek yang ditawarkan untuk dijual oleh empat puluh peserta dalam dua jam pertama setelah acara dimulai.
“Saya juga kaget karena mereka biasanya menjual enam ton di semua lokasi mereka, tetapi ini hanya empat dan empat ton dalam dua jam,” kata Vincent. “Ini adalah penurunan yang signifikan.”
Menurut Vincent, bahkan beberapa pusat perbelanjaan telah meminta Asppek untuk berkolaborasi dengan mereka dalam menyelenggarakan festival sejenis.
Baca juga: Usaha Mikro Kuliner dapat Bergerak Lebih Cepat Kejar Cuan
Aufa Syahrizal, Penanggung Jawab Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kreatif Sumsel, sedang mengupayakan agar Pempek yang telah mendapatkan sertifikat statusnya sebagai warisan budaya takbenda oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, diakui oleh United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO). Ini akan mirip dengan pengakuan bahwa tempe dan rempah-rempah lainnya telah diterima di seluruh dunia.
Aufa menyatakan agar pempek jajanan diakui UNESCO, mereka harus sering mengikuti event-event internasional seperti keikutsertaan baru-baru ini dalam festival kuliner di Berlin, Jerman. Hal ini dilakukan dengan harapan kedepannya, jajanan pempek dapat menjadi makanan universal yang disukai tidak hanya oleh masyarakat Sumatera Selatan tetapi juga oleh masyarakat Indonesia bahkan dunia.
Vinsensius Jemadu selaku Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengatakan, program Indonesia Spice Up The World (ISUTP) terus dilakukan untuk memajukan kuliner tradisional Indonesia.
“Saat ini pempek, rendang, bakso, soto, dan nasi goreng sudah tersedia. Pempek ini juga bisa menjadi pilihan. Rasanya lidah apa saja bisa digunakan, artinya kita bisa melebarkan sayap ke kancah internasional” jelas Vinsensius.
Dalam kerangka tersebut, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif siap menawarkan bantuan berupa desain dan pelatihan guna memfasilitasi perluasan jalur distribusi produk.
“Kami juga menawarkan bantuan dalam bentuk insentif keuangan, mengingat banyak pelaku UMKM menghadapi tantangan selama pandemi. Diharapkan mereka akan dapat memperoleh akses permodalan dengan bantuan bantuan ini, yang memungkinkan mereka untuk bertahan meski di tengah pandemi,” jelas Vinsensius.