Sejak awal mulanya, e-commerce telah menerima sektor ritel regional. Didorong oleh evolusi yang dipercepat dari web dan teknologi seluler, bisnis ini telah menyaksikan pertumbuhan yang sangat pesat selama sepuluh tahun terakhir. Biasanya, e-commerce membutuhkan lebih banyak jarak logistik dibandingkan dengan ritel konvensional karena sebagian besar stok retailer disimpan di dalam toko, bukan hanya berjarak antara gudang dan toko.
Selain itu, retailer online memiliki kecenderungan untuk mendapatkan koleksi produk yang lebih banyak dalam stok mereka, sehingga membutuhkan penyimpanan yang relatif lebih besar dan lebih luas yang dapat mengakomodasi dan dengan mudah beradaptasi dengan tren bisnis yang berubah. Terlepas dari pertumbuhan e-commerce yang sangat besar, ekosistem rantai pasokan saat ini di Indonesia tetap buruk dan industri kekurangan beberapa aspek penting untuk mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan. Laporan Bank Dunia tahun 2018 menyebutkan bahwa Indeks Kinerja Logistik Indonesia hanya mendapat skor 3,2 dari 6. Masalah penting yang membuat posisi Indonesia rendah adalah kurangnya infrastruktur transportasi di samping birokrasi dan peraturan yang rumit, yang mengarah pada lingkungan biaya tinggi.
Beberapa aspek yang memerlukan beberapa penyesuaian adalah efektivitas prosedur perizinan dan perdagangan serta infrastruktur terkait transportasi. Di sisi lain, ketepatan waktu seluruh logistik Indonesia setara dengan Vietnam, yakni peringkat ketiga terbaik di kawasan ASEAN dengan skor 3,67. Skor ketepatan waktu Indonesia menunjukkan peningkatan skor pada tahun 2016. Hal ini menyebabkan beberapa bisnis lokal selain dari luar negeri dan investor serta pengembang global berlomba-lomba. Selama beberapa dekade terakhir, investor institusi besar seperti GIC dan pengembang regional seperti LOGOS dan ESR telah berkembang ke Indonesia. Setelah China, Indonesia telah dianggap sebagai faktor besar yang akan datang di pasar e-commerce Asia, dan industri logistik harus berkembang dari sana.
Prosedur logistik memiliki konstruksi yang sangat terorganisir dan terperinci untuk melaksanakan operasi pengiriman dan pengiriman yang berbeda. Setiap kali produk dipesan, sistem ini akan memastikan pelanggan mendapatkan produk yang ideal pada waktu yang ideal. Dan tanpa e-commerce, jenis pengaturan logistik yang kompleks ini tidak akan pernah bisa dijalankan. Dengan kemajuan industri logistik di Indonesia, pemasok manajemen rantai pasokan baru mulai bermunculan untuk membantu platform online mengatur produk mereka.
Salah satu pemasok khusus adalah e-commerce enabler yang menawarkan manajemen bisnis kecil ujung ke ujung untuk retailer internet. Banyak bisnis e-commerce seperti Lazada, Shopee dan BukaLapak menuntut gudang yang banyak, sehingga kebutuhan gudang semakin meningkat. Sejak penetrasi bersih Indonesia terus meningkat, nilai e-commerce diperkirakan tumbuh 88 persen antara 2015 dan 2019 menjadi total US $ 21 miliar. Berdasarkan pengeluaran, pengeluaran keluarga mencapai 57 persen dari PDB mereka, lebih tinggi dari 36% di Singapura dan 50% di Thailand.
Dengan pertumbuhan e-commerce yang konstan, juga akan ada kebutuhan akan logistik yang lebih cepat dan lebih efektif. Jumlah pembeli online kemungkinan akan terus bertambah seiring dengan industri logistik yang harus mencari cara untuk memastikan mereka memenuhi kebutuhan 270 juta orang di seluruh negeri.