Your browser does not support JavaScript!

Asia Tenggara Siap Hadapi Ledakan Permintaan Logistik

By - March 16, 2018


Potensi pasar dan konsumsi di Asia Tenggara tidak bisa diabaikan. Di 2050, wilayah ASEAN akan menjadi zona ekonomi terbesar keempat di dunia setelah Tiongkok, India, dan Amerika Serikat. Negara-negara ASEAN akan menjadi poros kekuatan tersendiri dimana Indonesia akan menjadi negara dengan perekonomian terbesar keempat di dunia, sementara Filipina dan Vietnam berada di urutan 19 dan 20. Menurut riset Google dan Temasek Holding, pasar e-commerce di ASEAN diprediksi tumbuh dari US $ 5,5 miliar pada tahun 2015 menjadi US $ 88 miliar pada tahun 2025, dengan Indonesia sebagai pemimpin pasar dengan persentase sebesar 52%.

Demografi generasi milenial di kawasan ASEAN akan memicu lonjakan bisnis e-commerce. “Generasi milenial di ASEAN sangat canggih. Mereka memanfaatkan teknologi & sosial media untuk mengatasi hambatan yang ada,” ujar Regina Lim, Kepala Riset Capital Markets, Asia Tenggara.

“Konsumen kini menggunakan smartphone mereka untuk berbelanja. 20-30% orang yang terkoneksi dengan internet di ASEAN telah berbelanja secara online dalam 30 hari terakhir, atau setara dengan capaian Amerika Serikat dan Inggris”.

Hal ini tidak luput dari perhatian para pemain di segmen e-commerce. Alibaba baru saja membeli saham kepemilikan Lazada Grup, e-commerce terbesar di ASEAN, sebesar 95% serta meluncurkan platform Tmall yang populer di Malaysia dan Singapura. Mereka juga akan segera mendirikan logistics hub di Malaysia dan Thailand. E-commerce penjual barang mewah, Reebonz, pada bulan lalu, membuka e-commerce hub seluas 4,5 hektar di Singapura. Sementara Singpost meresmikan e-commerce logistics Headquarter senilai US $ 131 juta di Tampine Logistics Park, Singapura pada bulan lalu.

Lim meyakini bahwa dengan biaya produksi yang lebih murah, akan banyak produsen yang memindahkan lokasi produksi mereka dari Tiongkok ke Asia Tenggara. “Upah pendapatan di Tiongkok saat ini 3-4 kali lebih tinggi dari sebelumnya. Sementara undang-undang di beberapa negara Asia Tenggara mendorong para produsen untuk memindahkan pabriknya ke negara mereka untuk melayani lonjakan permintaan dari para konsumen,” imbuhnya.

“Pasar utama yang kami pertimbangkan untuk pengembangan industri adalah Indonesia dan Vietnam. Hasil manufaktur Indonesia bisa meningkat ke angka 6,5% dalam lima tahun ke depan dari pencapaian 5% pada saat ini. Sementara Vietnam masuk dalam pertimbangan karena tenaga kerja yang terampil dengan upah yang relatif rendah.”